Arsitektur Metafora


ARSITEKTUR METAFORA

1.1.                 Sejarah awal kemunculan metafora.
Arsitektur metafora muncul dari aliran arsitektur post-modern, Arsitektur Post-Modern adalah percampuran antara Tradisional dan Non-tradisional, gabungan setengah modern dan setengah non-modern, perpaduan antara lama dan baru. Arsitektur Post-Modern mempunyai style yang hybrid (perpaduan dua unsur).
Aliran-aliran Arsitektur Post-Modern dibedakan berdasarkan konsep perancangan dan reaksi terhadap lingkungannya. Didalam evolutionary tree-nya Charles Jenks mengelompokkan Arsitektur Post-modern menjadi 6 (enam) aliran. Aliran-aliran ini menurutnya sudah mulai sejak tahun 1960-an. Keenam aliran tersebut adalah:
1.        Historicism
Pemakaian elemen-elemen klasik (misalnya Ionic, Doric, dan Chorintian) pada bangunan yang digabungkan dengan pola-pola Modern.
Contoh: Aero Saarinen, Phillip Johnson, Robert venture, Kishokorukawa, kyonori Kikutake.
2.        Straight Revivalism
Pembangkitan kembali langgam Neo-klasik kedalam bangunan yang bersifat monumental dengan irama komposisi yang berulang dan simetris.
Contoh: Aldo rossi, Monta Mozuna, Ricardo Bofill, Mario Botta.
3.        Neo-Vernacularism
Menghidupkan kembali suasana atau elemen tradisional dengan membuat bentuk dan pola-pola bangunan lokal.
Contoh: Darbournr & Darke, Joseph Esheric, Aldo Van Eyck.

4.        Contextualism (Urbanist + Ad Hoc)
Memperhatikan lingkungan dalam penempatan bangunan sehinggadidapatkan komposisi lingkungan yang serasi. Aliran ini sering juga disebut dengan Urbanism.
Contoh: Lucien Kroll, Leon Krier, James Stirling.

5.        Metaphor & Metaphisical
Mengekspresikan secara eksplisit dan implisit ungkapan metafora dan metafisika (spiritual) kedalam bentuk bangunan.
Contoh: Stanley Tigerman, Antonio Gaudi, Mimoru Takeyama.
6.        Post-Modern Space
Memperlihatkan pembentukan ruang dengan mengkomposisikan komponen bangunan itu sendiri.
Contoh: Peter Einsenman, Robert Sterm, Charles Moore, Kohn, Pederson-Fox.
Pada awal tahun 1970 muncul ide untuk mengkaitkan arsitektur dengan bahasa, menurut Charles Jenks dalam bukunya ‘The Language of Post Modern’ arsitektur dikaitkan dengan gaya bahasa yaitu dengan cara metafora.
Metafora mengidentifikasikan hubungan antara benda dimana hubungan tersebut lebih bersifat abstrak dari pada nyata serta mengidentifikasikan pola hubungan sejajar. Dengan metafora seorang perancang dapat berkreasi dan bermain-main dengan imajinasinya untuk diwujudkan dalam bentuk karya  arsitektur.
Metafora dapat mendorong arsitek untuk memeriksa sekumpulan pertanyaan yang muncul dari tema rancangan dan seiring dengan timbulnya interpretasi baru. Karya–karya arsitektur dari arsitek terkenal yang menggunakan metoda rancang metafora yang hasil karyanya cenderung mempunyai langgam Postmodern.
 Arsitektur Metafora telah menjadi inspirasi atau yang lagi berkembang di kalangan perancang. Kemampuannya dalam mengumpamakan sebuah arsitektur sebagai sesuatu yang lain telah membuat arsitektur tersebut memiliki makna dan ciri khas yang membuatnya berbeda dengan arsitektur yang lain.
 Konsep perancangan yang akan diterapkan pada bangunan ini adalah tangble metaphors. Karena tangble metaphors sangat mudah dimengerti dan dapat membawa inspirasi bagi arsitek maupun kalangan yang lain.

1.2.                 Pengertian Arsitektur Metafora.
Metafora adalah salah satu majas dalam Bahasa Indonesia, dan juga berbagai bahasa lainnya. Metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung. Metafora merupakan dari gaya bahasa yang digunaka untuk menjelaskan sesuatu melalui persamaan dan perbandingan.
Metafora berasal dari bahasa latin yaitu Methapherein yang terdiri dari 2 buah kata yaitu metha yang berarti setelah, melewati dan pherein yang berarti membawa. Secara etimologis diartikan sebagai pemakaian kata-kata bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan dan perbandingan.
Pengertian umum menurut WJS Purwadarminto adalah perubahan, perumpamaan arti kiasan. Perubahan tersebut terjadi pada semua aspek kehidupan dalam kaitannya dengan arsitektur.

1.2.1.           Pengertian Arsitektur Metafora Menurut beberapa Tokoh

Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam Introduction of Architecture Metafora mengidentifikasikan pola-pola yang mungkin terjadi dari hubungan-hubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi yang melihat secara literal.
Menurut Charles Jenks, dalam The Language of Post Modern Architecture Metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu objek dengan mengandalkan objek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena adanya kemiripan.

Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku Design in Architecture
Transforming: figure of speech in which a name of description term is transferred to some object different from. Menurutnya pada arsitektur metafora adalah merupakan salah satu metode kreatifitas yang ada dalam desain spektrum perancang.
Menurut Anthony C. Antoniades, 1990 dalam Poethic of Architecture’ Suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Menerangkan pengertian dari suatu subjek dengan subjek lain, mencoba untuk melihat suatu subjek sebagai suatu yang lain.
Metafora terbagi dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut.
a.       Intangible Metaphors (metafora yang tidak diraba).
Rancangan arsitektur yang mengacu kepada hal-hal yang bersifat abstrak dan tidak dapat dibendakan, misalnya: sosial, budaya, kondisi manusia.
b.      Tangible Metaphors (metafora yang konkrit atau kualitas-kualitas dapat diraba). Dapat dirasakan, nyata, dari suatu karakter visual atau material pengunaannya dalam desain arsitektur.
c.       Combined Metaphors (penggabungan antara keduanya).
Combined metaphor merupakan gabungan antara intangible metaphor dan tangible metaphor.

1.2.2.            Kajian Ruang Dalam Konsep Metafora.
Menurut Antoniades (1990), runag (space) adalah kunci dari arsitektur. Pendapat ini didukung oleh Louis I Khan yang menyatakan bahwa arsitektur berarti menciptakan ruang dengan cara yang benar-benar direncanakan dan dipikirkan. Pembaharuan arsitektur yang berlangsung terus menerus sebenarnya berakar dari perubahan konsep-konsep ruang. Lawson (2001) juga menjelaskan bahwa ruang menjelma dalam berbagai macam bentuk pola dan tatanan yang dikoordinasikan oleh arsitektur. Perubahan konsep-konsep ruang seringkali terjadi sebagai dampak dari perubahan dan perkembangan persepsi.
Kajian metafora (Antoniades, 1991) bahwa suatu ruang akan mudah dimaknai keberadaannya jika ruang tersebut terdapat aktivitas yang mudah dikenal dan diingat dari sekelompok manusia. Sedangkan makna menurut Valera (1999) sebagai faktor yang sangat penting dalam membentuk symbolic urban space sebagai tahap integrasi makna dalam proses panjang metafora ruang.

1.2.3.            Arsitektur Yang Berdasarkan Prinsip-prinsip Metafora.
Pada umumnya arsitektur metafora dipakai sebagai berikut.
1.      Mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatu subjek ke subjek yang lain.
2.      Mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal yang lain.
3.      Mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau penyelidikan lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara baru).
1.2.4.      Kegunaan penerapan Metafora dalam Arsitektur.
Penerapan metafora dalam arsitektur sebagai salah satu cara atau metode sebagai perwujudan kreativitas arsitektural, adalah sebagai berikut.
1.      Memungkinkan untuk melihat suatu karya arsitektural dari sudut pandang yang lain.
2.      Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interpretasi pengamat.
3.      Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya.
4.      Dapat menghasilkan arsitektur yang lebih ekspresif.

2.1.                   Interpretasi Tema.


2.1.1   Intangible methafors.
      Metafora yang tidak dapat diraba, bersifat abstrak.






dari gambar Nagoya City Art Museum diatas penerapan konsep intangible yang memperlihatkan kebudayaan jepang kedalam bangunan dengan membawa elemen sejarah dan budaya pada bangunan, ruang, antara alam dan buatan, antara masa lalu dan masa depan). Dapat kita liat pada peletakan kolom yang sejajar yang diartikan sebagai ketertipna dalam menukuni kebudayaan.

2.1.2  Tangible metafhors.
Metafora yang konkrit, kualitas dapat diraba, nyata, dari suatu karakter visual dalam desain arsitektur.







dari gambar TGV Station, Lyon, Perancis diatas penerapan konseb tangible yang memperlihatkan sesuatu objek nyata salah satu contoh karya arsitektur yang menggunakan gaya bahasa metafora konkrit karena menggunakan kiasan obyek benda nyata (tangible) yang terlihat pada bentuk atap yang menyerupai bentuk burak atau burung.

2.1.2  Combined methafors.
Gabungan dari Intangible dan Tangible methafor.







dari gambar EX Plaza, Indonesia diatas  penerapan konsep combinet yang memperlihatkan seasana kesibukan kota dengan menampilkan bentuk kotak miring dan ban mobil. Kita tidak dapat melihat gaya kinetik secara visual. Akan tetapi, ban-ban mobil merupakan obyek yang dapat kita lihat secara visual (tangible). Perpaduan antara gaya kinetik (obyek abstrak) dan ban-ban mobil (konkrit) inilah yang menghasilkan metafora kombinasi.


Komentar